Sabusu, Kembali Jadi Tempat Berkarya Pelaku Budaya

TRIMEKAR– Launching Saung Budaya Sumedang (Sabusu) di kawasan Jatinangor digelar Selasa 25 Februari 2020.

Terpantau kegiatan yang di pandu Kang Ajang dan Teh Muti tersebut, dihadiri Ketua Rukun Warga Sumedang (RWS), Iwa kuswaeri.

Hadir juga, perwakilan dari Kementrian Lingkungan Hidup BPDAS Citarum Ciliwung Taruna Jaya, Ketua Yayasan Pangeran Sumedang Dedi Kusnaedi, Ketua Yayasan Tembong Agung, Ade Gozali.

Ketua Rukun Warga Sumedang Dr. Iwa Kuswaeri mengaku bersyukur karena bisa hadir memenuhi undangan Ibu Djati yang mengelola Sabusu.

“Selaku ketua RWS puser, tentu saja ada kegembiraan. Tapi ada juga satu sisi saya merasa kaget?,” ujarnya.

Karena, sejak dibentuknya Sabusu semula untuk berekspresi para pelaku budaya di Sumedang, ternyata dalam perjalanannya sedikit melenceng.

Sehingga, Alhamdulillah sekarang dikembalikan lagi ke fungsi semula. Tentu saja sesuai dengan keinginan para pendiri Sabusu termasuk tokoh masyarakat Sumedang melalui Ibu Djati dan Gelap Nyawang.

Karena, sabusu adalah salah satu arena untuk mengaplikasikan dan mengaktulisasikan Sumedang di wilayah barat.

Ia berharap setelah launching ini pengelola sabusu jangan ‘Tuk Cing’ atau subentuk cicing. Karena apa yang ada di Jatinangor semuanya pasti akan mendukung.

Selanjutnya, dari pihak Kementrian Linkungan Hidup BPDAS Citarum Ciliwung, Taruna Jaya mengatakan, prgram Sabusu ini bagus jika dikolaborasikan dengan pihaknya.

Ia menuturkan, jadi ini sebuah lembaga melalui budaya lokal yang bisa kita libatkan dalam rangka melestarikan hutan.

Terutama di program program penanaman pohon atau rehabilitasi pada lahan kritis.

Aktivis yang berbasis budaya bisa terlibat penuh dalam rangka ikut mendukung rehabilitasi hutan dan lahan di Jawa Barat.

Seperti kita ketahui lahan kritis di Jawa barat itu ada 61.000 Hektar dan itu diluar kawasan hutan.

Sementara, lahan kritis dalam kawasan hutan sekitar 15 ribu Hektar.

Sementara yang di dalam kawasan hutan sudah jelas pemangkunya, dan yang di luar kawasan hutan harus di garap segera mungkin, agar tutupan lahan semakin baik.

“Karena, akhir-akhir ini banyak terjadi bencana, terutama banjir dan longsor, itu salah satu penyebab berkurangnya tutupan lahan,” ujarnya. (Egy)***

Exit mobile version