Menekan Kasus DBD, Ini yang Dilakukan Dinkes Sumedang

Radio Trimekar FM – Deman Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular di daerah tropis.

Itu, disebabkan oleh virus dengue, dengan vector penularannya adalah Nyamuk Aedes Aegefty dan Aedes Albopuctus.

Disampaikan Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang, dr. Reny Kurniawati Anton kepada sejumlah wartawan, Jumat (17/9).

DBD, kata dia, merupakan masalah kesehatan di dunia yang sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa).

“Sejak tahun 2005 DBD ditemukan di seluruh provinsi di indonesia dengan rata-rata kasus 122.676/tahun dan kematian 1031/tahun,” ucapnya.

Data DBD di Kabupaten Sumedang dalam 5 tahun terakhir (tahun 2017 sd bulan Agustus 2021):

1. Kasus tertinggi didapat pada tahun 2020 yaitu 707 penderita, terendah didapat pada tahun 2017 yaitu 184 penderita.

Tahun 2021 sampai bulan Agustus : 331 penderita (tertinggi di PKM situ 58 orang, PKM sumedang selatan 38 orang, PKM Cimalaka 29 orang)

2. Jumlah kematian, tertinggi pada tahun 2020 yaitu 7 orang, terendah 1 orang di tahun 2017 dan tidak ada kasus kematian di tahun 2018 dan 2019. tl Tahun 2021 sampai bulan Agustus didapat 4 penderita meninggal, Bulan Mei 1 orang meninggal PKM situsitu, Agustus 3 orang PKM jatinangor, namun walaupun demikian angka CFR (case fatality rate) kabupaten Sumedang masih dibawah 1% masih target SPM.

3. Insedensi Rate tertinggi didapat tahun 2020 yaitu 61,3 (target IR kabupaten :49, 5) 2021:22, 61

Penyebab tingginya kasus DBD:

1. Faktor alam iklim tropis, perubahan iklim perubahan serotipe virus
2. Faktor manusia: tingginya mobilisasi penduduk, pembukaan lahan baru untuk pemukiman dan meningkatkan Fogging Tanpa Indikasi sehingga meningkatkan resistensi nyamuk terhadap insektisida, rendahnya budaya PSN

Upaya yang dilakukan untuk menekan kasus:

1. Meningkatkan pembudayaan PSM 3M plus diseluruh kabupaten secara serentak upayakan kampanyenya PSN
2. Adanya POKJANAL DBD disetiap tingkatan administrasi (mulai dari RT sampai kabupaten) dan meningkatkan kembali G1R1J ( Gerakan 1rumah 1jumantik)
3. Meningkatkan promosi kesehatan
4. Penemuan dini kasus DBD dan pengobatan segera (Early Diagnosis and prompt treatment)
5. Pelatihan tatalaksana kasus ut NAKES
6. Penyediaan logistik
7. Penggunaan larvasida, dan Fogging yang sesuai indikasi (Tidak sembarangan Fogging). ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *